Sabtu, 11 Juni 2011

a.b.o.r.s.i




“Kalau saja kau ingat seluruh perjuanganmu mencapai tempat di rahimmu, Ibu, kau pasti tak akan melakukan ini semua. Hanya saja, dunia menggerus ingatanmu. Dan tak lagi membekaskan memori masa lalu asal muasalmu. Aku manusia, Ibu. Walau setengah manusia. Aku berhak hidup dan melihat dunia, walau ia fana.”

Cuplikan cerpen yg saya kutip dari ini, mengingatkan saya tentang kisah seorang teman (sebut saja Bunga) yg pernah melakukan Aborsi.

Waktu itu, tiba2 saja Bunga menceritakan kisah itu kepada saya. Bermula saat Bunga tau kalo dia hamil (diluar nikah) ± 2 bulan, diapun mulai mencari cara untuk menggugurkan kandungan tersebut. Dari meninju perut, minum jamu2an, air tapai, nenas sudah dicobanya, tapi gagal, janin itu masih ada di rahimnya.

Bunga mulai mencari alternatif lain, Tempat Aborsi (semacam klinik tersembunyi)! Namun biaya aborsi yg lumayan mahal, membuat Bunga mengurungkan niatnya. Ke dukun beranak? Bunga tak berani.

Akhirnya, Bunga mendapat solusi dari temannya (yg juga pernah melakukan aborsi). Solusi itu berupa Pil yg bisa dibeli di apotik.

Bunga yg nekat, meminum pil ketika keluarganya sudah terlelap. Beberapa jam kemudian pil itu mulai bereaksi. Perut Bunga kram disusul dengan pendarahan hebat. Sungguh sakit yg luar biasa dirasakan Bunga.

Dan, aborsipun berhasil, janin itu keluar bersama darah yg ditampung di ember. Bau amis menyeruak keseluruh kamar. Bunga yg lelah memungut janin dari genangan darah, membungkusnya lalu mengendap-endap keluar rumah.

Waktu sudah menunjukkan jam 2 pagi, sang pacar telah menanti disamping rumah. Menanti janin untuk di kuburkan.

###

Inilah Bunga, gadis manis dari keluarga harmonis, yang menjalin cinta tanpa restu orang tua. Bunga yg tega mengaborsi janinnya.

###

Ada yang berminat mengikuti jejak Bunga?
*plak! Di lempar bunga sekalian potnya*

Heheheheh^^v

Minggu, 05 Juni 2011

Ibadah vs Senior

Waktu itu sedang antri untuk berwudhu, ketika sudah tiba giliranku, seorang akhwat senior nyeletuk 'senior first dek.'

kulirik sekilas, 'maaf kak, kalo untuk urusan ibadah, kita harus mendahulukan diri sendiri. Gak ada urusan dgn senior junior.' ucapku cepat lalu segera berwudhu.
Terdengar gerutuan dibelakangku, yg sepertinya kesal dengan ucapanku barusan, dan berakhir dgn celetukan, 'iya yaah, hm hm'. Ahh, apakah itu tandanya dia mengerti dgn ucapanku? Semoga.

Setelah berwudhu, kutatap senior tsb, dan tersenyum sekilas lalu berlalu menuju mesjid kampus.

Hahaha, senangnya dalam hati ;D ;D :p

terkadang senior itu berlebihan atas kesenioritasan mereka. It's okaylah kalo untuk urusan duniawi (yg masuk akal) senior bolehlah didahulukan. Tp kalo urusan ibadah, maap aje ye, kite mesti mendahulukan diri masing2 tau ;) Heheh

Siapapun yg lebih dulu menduduki shaf terdepan di mesjid, dialah yg berhak. Tak peduli yg telat datang itu jendral atau bahkan presiden. Ya toh?

Salam :)



*diposting krn sedang kesal dgn senior yg sok paten :| *