Rabu, 18 Mei 2016

Ceritakan Padaku

Bacakan cerpen untukku, ceritakan tentang elektrik man ketika kau sekolah sambil bekerja di perpustakaan negeri empat musim itu. Segala kejahilanmu itu. Dan juga segala kehati-hatian pada tiap langkahmu.---- Dan juga pertanyaan konyolku "siapa saja yang mengejarmu?"
Lalu kita tertawa sepanjang jalan. Menertawakan ketidaktahuanku pada dunia itu. Mungkin seluruh Indonesia tahu dan hanya aku yang tidak tahu tentang semua itu.
Sementara aku bahkan tidak menyadari ketika sedang dikejar mobil polisi pusat Amsterdam. ---Aku bahkan bertanya -- "Itu kenapa mobil di belakang berisik sekali dan tidak segera mendahului?"
"Karena mobilmu dikejar polisi." ---Really?
Sungguh, kita tertawa lepas dan bebas saja. Tanpa beban. Karena tak ada yang harus dicemaskan.
Lagi, bercanda tentang cerita lucu dan konyolmu yang tak terlintas sedikitpun dalam pikiranku. Betapa hidup menjadi sungguh lucu, penuh warna dan juga konyol bagi orang yang punya keberanian untuk mencintai hidup. Dan kita menertawakan semua itu.
Kita bahkan tidak peduli dengan manusia yang memperhatikan seluruh ruangan. Karena ya begitulah kebiaasaan mereka.
Lalu tentang Aerospace. Aturan penerbangan, mesin, jenis pesawat, senjata pembunuh massal. Dan pertanyaanmu tentang jarak yang hanya100 meter an di tepi atmosphere saja kemampuan pesawat terbang, roket atau yang lainnya dimana permukaan aerodinamis menjadi tak berguna.
Dan, mungkin karena di negara 4 musim dan benua yang berbeda, kita mempelajari hal yang berbeda. Kau belajar tentang Geologi, mencari minyak hingga ke dasar Bumi. Di kota dengan julukan kota minyak dunia.
Apakah karena itu kau lebih membumi dan menjadi sangat rendah hati? Sementara aku lebih dekat dengan langit. Suka menjelajahi antariksa membuatku kurang membumi dan seperti sombong?
"Ayo berangkat, saatnya bergaul. Memangnya kamu nggak pernah bergaul?" -- Katamu sambil tertawa melihat aku mulai gelisah.
Akhirnya, aku ngantuk sekali di tengah pergaulan. Dengan santainya kau katakan "mengapa tidak tidur saja kalau ngantuk?"
Me?!? Tidur di sofa paling depan, sementara satu ruangan penuh manusia? Mana mungkin aku lakuan hal seperti itu.---Sungguh, disini etika Prancis yang melekat kuat dalam darahku secara otomatis bertahan. -- Aristokrat Prancis tepatnya. Bukan aristokrat Jawaku yang menuntun..
--Ya, bahagia lah, itu obat paling mujarab..--Menulislah jika itu membuat bahagia.