Senin, 18 Oktober 2010

=== Kuku, Anak Tiri, dan Cinta Seorang Perempuan ===

“Cinta laki-laki seumpama gunung. Ia besar tapi konstan dan (sayangnya) rentan, sewaktu-waktu ia bisa saja meletus memuntahkan lahar, menghanguskan apa saja yang ditemuinya. Cinta perempuan seumpama kuku. Ia hanya seujung jari, tapi tumbuh perlahan-lahan, diam-diam dan terus menerus bertambah. Jika dipotong, ia tumbuh dan tumbuh lagi.”



Perumpamaan di atas mengingatkan ku pada kisah tentang sahabat ku dan mamanya. Karena rasa ingin tahu ku yang sangat besar, membuatku selalu saja ingin tahu apapun yang terjadi pada semua orang yang berada didekatku. Kala itu, kulihat raut sedih yang terpancar di wajah sahabatku, Neng. Membuatku langsung bertanya “ada apa Neng, dari tadi diam ja kulihat?”.



“gak da apa-apa dek’ jawab Neng lemah.



“hemm, gak da apa2, tapi tampang macam orang abis kematian laki. Ayoo, cerita. Da masalah ma papa mu lagi yah?” tebakku, sebelum ini neng memang pernah cerita tentang papanya yang sudah tidak tinggal dirumah lagi, karena ada konflik keluarga.



“he em….” Sahut Neng lesu.



Ahh, aku gak suka kondisi seperti ini. Pasti sesuatu yang buruk telah terjadi pada Neng. Gak biasa-biasanya dia muram seperti ini. “masih belum pulang juga papamu? Emang kenapa sih dia?” tanyaku penasaran.



“rumit dek masalahnya, rumit.”



“rumit gimana? Jangan bilang kalo papamu nikah lagi yah.” Tebakku sadis…L



“hmm” desah Neng.



“waw, jangan bilang kalo tebakan aku benar.” Ancamku. Neng hanya tersenyum hambar.



“kok bisa? Sejak kapan? Sama perempuan mana? Ya ampuuun….” Tanyaku bertubi-tubi.



“sejak aku SMP. Perempuan tu bukan orang sini dek.” Jawab Neng.



‘hah… Jadi udah lama yah. Trus permasalahnya sekarang apa?.” Tanyaku pelan. Lalu Neng pun menceritakan semuanya, segala hal yang telah terjadi di keluarganya. Papanya yang telah lama menikah dengan perempuan lain dan kini telah memiliki beberapa anak dari istri kedua tsb. Namun baru saja perempuan itu meninggal dunia karena sakit. Yang menjadi masalah adalah papanya ingin membawa anak2 tsb ke rumah dan tinggal bersama Neng. Tapi langsung ditolak mentah-mentah oleh Neng dan kakak2nya.



Dan setengah frustasi Neng mengadu padaku bahwa ia tidak rela harus serumah dengan adik2 tirinya. Mamanya pun –yang lemah lembut— tak bisa berbuat banyak dengan kelakuan suaminya dari awal dimadu sampai saat ini. Ia cuma bisa pasrah.



Toh pada akhirnya papanya tetap saja membawa anak2 dari istri keduanya tersebut kerumah. Tanpa bisa dicegah oleh Neng dan kakak2nya. Hal ini dikarenakan mamanya lah yang memberi izin. Mamanya tidak tega untuk tidak menerima anak2 tirinya itu, apalagi mereka masih kecil-kecil dan yang bungsu masih balita. Ahh, sosok perempuan bijaksana dan tegar yang pernah aku temukan, langka.



Sekarang, setelah lama peristiwa itu berlalu, Neng pun mulai terbiasa (membiasakan diri) dengan adik2 tirinya. Ia bercerita pada ku bahwa papanya sudah bertobat, dan kembali terlihat seperti dulu lagi. Yah kehidupan mereka mulai kembali normal walaupun ada penambahan beberapa anggota keluarga baru. Sampai di sini persoalan beres. Dan aku takjub mendengarnya, senang sekaligus heran.



Bagaimana mungkin masalah pelik ini bisa selesai semudah itu? Nurani keadilanku berontak. Aku tak habis pikir, betapa mudahnya mama sahabatku itu memaafkan dan menerima kembali suaminya sekaligus anak2 tirinya setelah semua yang dilakukannya. Lelaki itu tak cuma berkhianat, tapi juga sempat tidak menafkahi anak-anaknya Dan ia memaafkannya begitu saja. Sebuah kenyataan yang ternyata banyak juga aku temui di masyarakat kita. Perselingkuhan (Ku namakan ini ‘perselingkuhan’ karena, yang namanya pernikahan/poligami tanpa izin dari istri pertama tetap saja Selingkuh! Huft…) yang bisa diselesaikan dengan mudah, hanya dengan kata MAAF. Mungkin inilah yang disebut orang sebagai “CINTA”! aiihhh…..



Papa sahabatku adalah laki-laki dengan cinta sebesar gunung, dan ketika ia meletus, laharnya meluap kemana-mana, menghanguskan apa saja, melukai fisik dan terutama hati dan jiwa istri dan anak-anaknya.



Mama sahabatku adalah perempuan dengan cinta sebesar kuku. Memang cuma seujung jari, tapi cinta itu terus tumbuh, tak peduli jika kuku itu dipotong, bahkan jika jari itu cantengan dan sang kuku terpaksa harus dicabut, meski sakitnya tak terkira, kuku itu akan tetap tumbuh dan tumbuh lagi.



Sebuah cinta yang mengagumkan dari seorang perempuan yang aku yakin tak cuma dimiliki oleh mama sahabatku itu. Cinta yang terwujud dalam sebuah tindakan agung : “Memaafkan”. Sebuah tindakan yang butuh kekuatan besar, butuh energi banyak, yang anehnya banyak dimiliki oleh makhluk (yang katanya) lemah bernama perempuan.







Purnama, 17 Oktober 2010

1 komentar:

  1. JOIN NOW !!!
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    BURUAN DAFTAR!
    dewa-lotto.name
    dewa-lotto.com

    BalasHapus