Sabtu, 22 Oktober 2011

Tentang Salam Kemanusiaan

*ini tentang semacam curhat.*

Dikampus, saya mengikuti salah satu organisasi kemahasiswaan. Pada suatu hari kami
mengadakan kegiatan tahunan, anjangsana ke panti asuhan.

Persiapan pra anjangsana telah siap, namun tepat sehari sebelum hari H saya jatuh demam. Saya pikir saya tidak bisa pergi anjangsana dalam keadaan sakit begini mengingat lokasi panti asuhan yang lumayan jauh, dan butuh beberapa jam naik bus. Lalu saya putuskan untuk minta izin kepada ketua panitia via sms, bahwa saya
sakit dan tidak bisa ikut kegiatan. Malam sebelum hari H sekitar jam
10, 2 orang teman (teman seorganisasi dan sekost) datang kekamar untuk meminjam bantal dan tikar karna ada beberapa senior yg
numpang menginap. Saat itu saya sedang mengompres kening saya
sendiri. Mereka tau saya demam tinggi, mereka sempat menyentuh
kening saya. Dan saya yakin,beberapa senior yg numpang menginap itu pasti tau kalo saya sakit. Tapi tak ada satupun dari mereka yg menjenguk saya. Ahh, saya pikir mereka mungkin kelelahan krn persiapan anjangsana. Tp, hey, masa menjenguk sebentar anggotanya yg sakit saja tidak sempat? Padahal mereka hanya tinggal menaiki beberapa anak tangga untuk mencapai kamar kos saya. Padahal saya dengar mereka
tertawa cekikikan khas perempuan di bawah sana. Entah kemana perginya slogan salam
kemanusiaan ituh? Atau mungkin saja mereka mendadak amnesia.

Dan sampai sekarangpun saya masih bertanya-tanya :_(
###

Terkesan cengeng memang. Seakan2 saya butuh di jenguk gituh. Tidak kawan, bukan itu yg ingin saya sampaikan disini. Tp tentang 'salam kemanusiaan' yg sering diucapkan tapi dalam prakteknya menyedihkan.

Ahh, semoga saja kalian paham.

Purnama, 22 Oktober 2011
di subuh hari yg melankoli.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar