Rabu, 11 Agustus 2010

Listen Ur heart.....(",)

Kebenaran seringkali sudah kita sadari, tanpa berlama-lama kita memikirkannya. Tetapi ada kalanya ia tidak kuasa kita ikuti, karena berbagai sebab yang kita biarkan mendominasi kita. Kebenaran itu seringkali sederhana saja dan begitu gamblang, tapi kerap tetap saja kita abaikan. Meski ketenangan kita pun menjadi korban, meski kata hati tetap menolak prilaku negatif yang kita pilih.
Suatu hari seorang peneliti melakukan hal sempat menghebohkan teman-temannya. Bermula saat peneliti yang Muslim itu berdebat dengan teman-temannya, tentang kemestian memperlakukan AI Qur'an dengan adab islami. Rupanya, ia merasa terpo¬jokkan, karena hanya ia sendiri yang mengaku tidak percaya dengan kemestian itu. Karena, menurutnya, AI Qur'an tidaklah mesti diper¬lakukan sedemikian. Bahkan, ia kebablasan, dan melempar AI Qur'an ke lantai.
Kawan-kawannya sangat terkejut melihat polahnya. Beberapa hari kemudian, mereka kembali dikejutkan dengan berita, orang itu mengalami kelumpuhan. Mereka pun menjenguknya, dan ia ternyata sangat menyesal dan bertaubat. Beberapa bulan kemudian, datang kembali kabar mengagetkan sekaligus melegakan, orang itu sembuh dari kelumpuhan. Peneliti itu justru menjadi peduli pada agama. la bersyukur Allah masih berkenan memberinya balasan dan peringatan. Meski semestinya ia tidak perlu sekacau itu, jika saja ia mendengarkan kata hatinya sejak semula.
Kita mungkin merasa, amatlah jauh prilaku orang itu sebelum ia bertaubat, dengan keseharian kita. Namun, janganlah kita lupa, bahwa boleh jadi kita pun tak luput dari kebiasaan kurang mempedulikan agama. Seringkali keinginan kita mempelajari lebih dalam lagi agama kita, terkalahkan begitu saja oleh segala hal, yang sekonyong-konyong terasa amat berat untuk kita tinggalkan. Bahkan mungkin hafalan kita pada ayat-ayat AI Qur'an justru makin lama makin berkurang.
Mari kita simak pula apa yang dialami seorang renta nun jauh di Yaman Selatan. Kejadian yang ia alami demikian membekas di benak tetangganya. Ketika tetangga itu mendengar suara benda bergulingan di tangga rumah yang berdempetan dengannya. Lantas terdengar hardikan. Sewaktu tetangga itu mendatangi rumah itu, ia mendapati temannya yang renta tengah terduduk di anak tangga kesekian, dan menangis.Tetangga itu bernalar, tentu anaknya yang mendorong pak tua itu, yang syukurlah, "hanya" jatuh beberapa tangga saja. Tetangga itu berniat menghardik balik sang anak. Tapi ayahnya justru melarang. "Biarkan, perlakuannya persis seperti yang saya lakukan dulu pada orang tua saya. Bedanya, orang tua saya jatuh hingga ke tangga paling bawah," ujar sang ayah perlahan. Ini sama sekali bukan pembenaran atas pengkhianatan dan kezhaliman kepada orang tua. Hanya, betapa sang ayah menyadari apa yang ia lakukan pada orang tuanya bertahuntahun lalu, begitu kuat mengingatkan kita, bahwa balasan memang akan datang, dan bisa demikian cepat.
Mari kita tanyakan kembali diri kita, adakah kita membuka peluang datangnya berbagai balasan itu?


[Hak cipta dilindungi oleh Allah SWT TIDAK DILARANG KERAS mengcopy, memperbanyak, mengedarkan ke siapa saja....^^v]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar